Senin, 18 November 2013


 KOMIK JEPANG SEBAGAI  SEBUAH MEDIA  UNTUK BELAJAR KEPEMIMPINAN BAGI  SISWA SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN (SMK)
 

Arif Pratiwindyo
 

Abstract : komik merupakan cerita bergambar yang cenderung menarik perhatian anak-anak dan remaja. Berbagai tanggapan yang dilakukan oleh orang tua, gurudan juga pihak sekolah ketika melihat siswa membaca komik. Komik Jepang merupakan sebuah guratan gambar dan cerita dengan berbagai bentuk dan alur cerita yang diambil dari novel, kisah nyata, sejarah, mitos dan juga legenda Jepang. Berbagai alur cerita membawa pembacanya menuju ke sebuah dunia yang belum pernah dirasakanya. Sebenarnya aliran cerita telah disesuaikan dengan pembacanya. Ada yang dikhususkan untuk anak-anak, dewasa, remaja putra dan putri. Di balik cerita di setiap komik Jepang terdapat berbagai karakteristik tokoh yang secara nyata langsung bisa dijadikan tolak ukur atau sekedar penanaman proses dalam pendidikan. Proses nilai yang bisa diambil dalam pemaparan ini adalah sikap kepemimpinan yang bisa diambil, ditelaah dan di praktekan oleh para remaja. Hal tersebut dapat dijadikan sebagai sarana belajar bagi siswa di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Hal tersebut dapat terjadi karena pembelajaran yang ada di SMK haruslah pembelajaran yang dikhususkan supaya siswa dapat menjadi pribadi siap pakai, mempunyai karakteristik yang khas kepemimpinan seperti : pantang menyerah, mandiri, kreatif, berani, pantang mundur, setia kawan, rela berkorban, mampu menganalisa keadaan dan lain-lain.

 

Kata Kunci : Komik, Jepang, media, belajar, kepemimpinan, siswa, Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)

 
BAB I

PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang Masalah
Sebuah cerita bergambar yang pada awalnya merupakan sebuah rubrik yang ada di sebuah koran menjadi sebuah awal dari perjalanan komik di Indonesia. Pada perkembanganya, komik Indonesia mengalami masa keemasanya sekitar tahun 1970 hingga awal tahun 1980. Banyak jenis cerita dengan berbagai aliran seperti drama, kisah aksi silat, cerita konyol, super hero dan banyak lagi cerita yang bermunculan pada masa itu. Karena komik dirasa lebih menarik, siswa cenderung lebih memilih membaca komik daripada buku pelajaran.
Kenyataan di lapangan, komik Jepang mempunyai runtutan cerita yang lebih tertata, dengan akhir cerita yang tidak mudah ditebak, mempunyai karakteristik tokoh yang unik, konyol, dewasa, jujur, patang menyerah, berjiwa kepemimpinan tinggi, keras hati, solidaritas yang tinggi, rela berkorban, ramah, ringan tangan dengan pembentukan fisik menyerupai manusia sesungguhnya dengan berbagai bentuk, berwajah cantik dan tampan. Biasanya cerita komik Jepang merupakan bentuk cerita berseri, dengan tahapan setiap seri dengan tantangan yang lebih berat. Dengan adanya tantangan tersebut maka karakter yang ada harus kembali berjuang, pantang menyerah dan sabar.
Komik Jepang cenderung menggambarkan karakteristik dengan mendekati model utamanya sehingga gambar yang diciptakan hampir menyerupai keadaan nyata di kehidupan. Komik Jepang cenderung lebih mudah, lebih murah dan cenderung mudah mendapatkanya. Berbeda dengan berbagai komik asal Eropa yang cenderung kaku, tidak kontinyu, mahal dan sulit didapatkan. Dengan menjamurnya komik Jepang menjamur pulalah persewaan komik di Indonesia. Berbagai komik Jepang yang popular di kalangan para remaja adalah Dragon Ball z, Dektektif Conan dan masih banyak lagi.
Pada dasarnya pelajar pada Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) merupakan salah satu jenjang tingkatan pendidikan di usia remaja. SMK merupakan sebuah jenjang sekolah dengan ranah tujuan akhir menyiapkan siswa untuk mampu bekerja, mandiri dan siap pakai. Siswa SMK diharapkan mampu menjadi orang yang tangguh, berani, lembut, kreatif, terpelajar, kreatif, ulet, jujur, sopan, pantang menyerah, disiplin, mempunyai banyak kemampuan untuk bersaing dan dapat menyesuaikan diri terhadap lingkungan.
Dengan adanya kesenangan para pelajar tersebut diharapkan para siswa SMK mampu mengambil berbagai nilai positif dari komik Jepang yang dapat diaplikasikan dalam kehidupan nyata mereka seperti adanya penanaman dorongan semangat kerja, sikap yang baik, sopan santun, kepribadian, rela berkorban, karakter kepemimpinan, menejerial, kemauan yang keras, rajin berlatih, pantang mundur, bijaksana menghadapi masalah, periang, dan keyakinan (etos) dalam melakukan bentuk kehidupan nyata sehinga mereka dapat menyelesaikan tantangan dalam dunia kerja, baik secara individual, kelompok ataupun bermasyarakat. Pendidikan yang dapat dilaksanakan tidak hanya dari proses formal tetapi dengan proses non formal seperti penanaman nilai dari sebuah masalah yang ada dengan harapan hal tersebut akan menjadi bekal hidup di masa yang akan dating.
Untuk itulah di dalam dunia pendidikan khususnya tingkat untuk siswa SMK diperlukan adanya penanaman budaya Etos Kerja yang sangat baik dengan berbagai penanaman diri terhadap penghayatan dan kesadaran diri atas kedudukan diri di tengah-tengah kehidupan. Bentuk penyadaran diri kepada siswa  SMK untuk menjadikan mereka mampu melahirkan sesuatu secara kreatif  dengan media komik Jepang dengan mengambil nilai positif yang dipaparkan.
B.    Pembatasan Masalah
 Dengan memperhatikan uraian di atas, maka pembahasan hanya akan dibatasi pada nilai yang dapat digali dalam kegiatan remaja di SMK yang dapat diuraikan :
1.      Bagaimana karakteristik perkembangan remaja ?
2.      Bagaimana gambaran dari komik Jepang ?
3.      Apa pengaruh yang dibawa komik Jepang terhadap kebudayaan Indonesia ?
C.     Manfaat Makalah
1.       Manfaat bagi siswa:
a.          Membentuk sikap dan perilaku siswa yang aktif dalam kegiatan pembelajaran, membantu meningkatkan keterampilan bersosialisasi, berempati dengan kegiatan di luar kelas.
b.         Membantu untuk dapat menjadikan siswa lebih disiplin, mampu menjadi siswa yang unggul mampu menghadapi berbagai rintangan hidup, menjadikan siswa kreatif, ulet dan pantang menyerah, mampu menghargai diri sendiri, menghargai orang lain dan mampu  menaati peraturan yang ada.
c.          Meningkatkan sikap ilmiah dengan kegiatan ilmiah untuk memahami konsep teoritis-praktis yang diikuti pemantapan prinsip pengetahuan yang menjadikan hasil belajar lebih baik.
2.       Manfaat bagi guru
a.        Mengetahui tingkat penilaian sesuai sudut pandang siswa dalam melihat sebuah masalah dan nilai empiris yang ada.
b.        Dapat memberikan pengetahuan yang sesuai dengan takaran dan usia siswa.
c.        Memberikan motivasi kepada guru untuk dapat lebih aktif, kreatif dan inovatif dalam melaksanakan tugas sebagai pengajar sehingga dapat mencapai tujuan pendidikan nasional.
3.       Manfaat bagi sekolah
a.          Setelah memahami berbagai aspek dalam melihat sebuah masalah yang ada sekolah dapat mewujudkan model pembelajaran yang mangkus dan sangkil artinya dapat berdayaguna-berhasilguna, mujarab, efektif, dan efisien dalam membawa siswanya ke jenjang yang lebih tinggi.
b.         Meningkatkan prestasi sekolah melalui pengembangan kinerja siswa dan pengembangan kinerja stake holder sekolah yang lebih baik.


 

BAB II

PEMBAHASAN

A.    Karakteristik Perkembangan Remaja

Pada perkembangannya, perubahan dan pertumbuhan dari masa anak-anak menjadi dewasa melalui berbagai fase. Berikut diuraikan berbagai karakteristik yang berubah dan berbagai kejadian yang terjadi pada masa perubahan dari masa anak-anak menjadi dewasa.
1.       Karateristik Perkembangan Gerak Remaja
a.       Ukuran dan Bentuk tubuh Anak Usia 10-21 tahun
Pada masa sebelum adolesensi perbedaan antara laki-laki dan perempuan masih sangat kecil meskipun kecenderungan anak laki-laki lebih tinggi dibandingkan anak perempuan. Pada masa pertumbuhanya anak-anak perempuancenderung akan menjadi lebih tinggi dan lebih berat dari anak laki-laki sebagai salah satu bentuk awal kematangannya. Walaupun demikian hal itu terjadi tidaklah terlalu lama, karena setelah masa adolosensi perubahan cepat terjadi pada anak laki-laki. Pertumbuhan yang terjadi pada anak laki-laki mengejar dan mengungguli tinggi dan berat badan anak perempuan. Demikian pula ukuran-ukuran yang lain seperti togok, panjang tungkai, lebar pundak, lebar pinggul, ukuran lengan, dan sebagainya mengikuti pertumbuhan tinggi dan berat badan yang berlangsung dengan cepat. Perubahan ukuran dan proporsi tubuh tersebut secara bertahap dan berkonsentrasi dalam perkembangan tulang dan jaringan sehingga seluruh energi anak dapat diarahkan ke arah penyempurnaan pola gerak dasar yang telah terbentuk selama periode masa awal anak (Sugiyanto dan Sujarwo, 1993: 137)
b.         Perkembangan penguasaan gerak dasar pada fase Remaja
Setelah masa adolosensi terjadi peningkatan kemampuan gerak seperti  gerak bias yang dilakukan dengan mekanika tubuh yang makin efisien, lancar dan terkontrol, bervariasi dan  makin bertenaga. Perubahan-perubahan penampilan gerak tersebut mengikuti perubahan ukuran badan, kekuatan dan fungsi fisiologis. Perbedaan penampilan keterampilan gerak dasar kedua jenis kelamin ini semakin meningkat, anak-anak laki-laki menunjukkan peningkatan yang terus berlangsung, sedangkan anak perempuan menunjukkan peningkatan yang tidak begitu berarti, bahkan menurun setelah umur menstruasi (Toho Cholik Mutohir dan Gusril, 2004 : 33).
c.          Perkembangan motorik halus (Fine Motor Activity)
Motoric halus (Fine Motor Activity) didefinisikan sebagai kemampuan untuk mengkoordinasikan atau mengatur penggunaan bentuk gerakan mata dan tangan secara efisien, tepat dan adaptif dimana hal tersebut mewakili bagian yang penting untuk perkembangan motorik total anak‑anak karena hal tersebut mencerminkan kapasitas system saraf pusat memproses input visual dan menterjemahkan ke dalam bentuk keterampilan (Yanuar Kiram, 1992: 42‑43).
2.       Karakteristik Perkembangan Tubuh Remaja
Perubahan yang terjadi pada masa adolosensi Menurut Dähler Franz (1975:12), selain mengalami percepatan pertumbuhan tinggi badan dan berat badan remaja juga mengalami proses kematangan seksual yaitu :
1)       Karakteristik kelamin primer
a)         Para remaja putra
(1)      Pengeluaran sperma
(2)      Menegangnya alat kelamin pada saat tertentu
b)         Pada remaja putri
(1)      Loncatan sel telur (ovulasi)
(2)      Menstruasi (pengeluaran sel telur yang tidak dibuahi dengan lendir dan darah)
2)       Karakteristik kelamin sekunder
a)         Pada remaja putra
(1)      Tubuh menjadi lebih jantan
(2)      Suara menjadi besar dan pecah
(3)      Tumbuhnya bulu-bulu/ rambut pada bagian tubuh tertentu
b)         Pada remaja putri
Mulai nampak bentuk kewanitaannya, seperti perkembangannya buah dada dan montoknya anggota-anggota badan.
3.       Karakteristik Perkembangan Sosial Remaja
Pada masa ini kecenderungan Remaja mulai tergugah rasa sosial untuk ingin bergabung dengan anggota kelompok lain karena ingin meluaskan pergaulannya sebagai usaha mencari nilai-nilai baru dan ingin berjuang mencapai nilai-nilai itu (Y. Bambang Mulyono,1984: 17).
Pencarian jati diri baru, penerimaan dunia berdasarkan persepsi dan penilaian mereka. Menaruh perhatian lebih dari permaian yang terorganisir, memiliki sifat kepahlawanan yang kuat, mudah bangkit bila gagal, memiliki rasa bertanggung jawab, rasa bangga berkembang, rasa kepemimpinan yang mulai Nampak dan loyal kepada kelompok (Sukintaka, 1992 : 43-44).

4.       Karakteristik Perkembangan Intelektual Remaja
Pada masa ini remaja mulai bersikap kriris dan tidak mau menerima begitu saja perintah atau aturan yang ada. Hal tersebut dikarenakan adanya rasa ingin tahu segala macam alasan yang ada. Sering dengan perkembangan intelektual yang bersifat kritis remaja mengalami konflik dengan berbagai pihak (Y. Bambang Mulyono, 1984: 18).

5.        Perkembangan Emosional Remaja
Pada masa ini para remaja sedang berada di dalam keadaan perasaan belum mapan sehingga sering membawa mereka ke dalam kegelisahan, perasaan canggung akan pertambahan tinggi badan yang dirasa “aneh” dan mengganggu, mudah tersinggung, kesal hati, tertekan, ingin marah, tetapi kadang-kadang berada dalam suasana gembira dan ringan hati untuk melakukan pertolongan kepada orang lain. Selain itu mereka perlu adanya pengakuan sosial dikarenakan dalam keadan emosi yang belum stabil celaan dan kritikan kadang ditanggapi secara serius sebagai bentuk ejekan. Ketidak seimbangan emosi ini mengakibatkan sikap antipati dan melawan (Y. Bambang Mulyono, 1984: 18).

B.    Komik Jepang


1.   Arti komik
Komik merupakan sebuah bentuk seni yang menggunakan media gambar tidak bergerak, disusun sedemikian rupa sehingga membentuk alur cerita. Komik biasanya terdiri atas berbagai bentuk seperti strip Koran, dimuat di majalah ataupun juga dibentuk sebuah buku. Cerita biasanya berlanjut dari seri satu sampai dengan seri berikutnya. Komik menurut KBBI mempunyai arti cerita bergambar (dalam majalah, surat kabar, atau bentuk buku) yang umumnya mudah dicerna dan lucu (KBBI, 1991 : 515). Komik menurut kata berasal dari bahasa Inggris comic yang artinya lucu, cerita bergambar, atau yang bersifat gembira (John M. Echols dan Hassan S, 2006 : 129). Sesuai dengan pengertian yang diungkapkan Atmowiloto (1982) pengertian komik yang disesuaikan dengan School Dictionary (Halsey, 1987 : 193) dan Webster’s New World Dictionary (Neufeldt and Vianna, 1993 : 113) comic mempunyai beberapa arti, (1) of or relating to comedy; (2) causing laughter or mirth, amusing. Dengan kata lain komik merupakan sebuah bentuk cerita yang sangat menarik, walaupun tidak semua komik adalah merupakan cerita lucu namun hal tersebut memang menjadi tujuan dari komik diantaranya adalah sebagai sarana hiburan. Penggunaan hasil gambar yang konyol, tidak serius, periang, sombong, galak, ataupun sedih merupakan bentuk penggambaran hasil gambar realis penggambaran tokoh ganteng, cantik, konyol dan serius tanpa mengindahkan kajian dan bentuk anatomi yang sesungguhnya dari berbagai bagian tubuh manusia yang ada. Pada dasarnya komik juga merupakan gambaran lain cerita bergambar, dengan konotasi lebih baik meskipun tidak terlalu berpedoman pada etimologi kata. Komik dianggap sebagai konteks teks dan gambar secara bersamaan sebagai bentuk unsur motion  yang bisa dipertimbangkan sebagai gambaran jati diri.

2.   Komik Jepang
Manga dibaca Man-ga atau Ma-ng-ga adalah merupakan kata lain dari komik dalam bahasa Jepang, atau secara harfiah adalah merupakan pengertian dari orang yang menggambar. Majalah di Jepang biasanya terdiri atas beberapa judul komik sekitar 30-40 halaman dalam satu chapter.
Dalam beberapa tahun berjalan, beberapa majalah yang sukses akan dijadikan bentuk animasi. Perubahan yang ada adalah untuk dapat mengimbangi popularitas komik ataupun cerita bergambar sebelumnya. Beberapa komik yang telah dijadikan gambar gerak bahkan djadikan film dengan versi manusia adalah Naruto, Blench, Dragon Ball Z, One Piece dan masih banyak yang lain.
Beberapa komik yang ada di Jepang diangkat dari cerita berdasarkan novel, imajinasi, kisah nyata, sejarah, legenda dan juga mitos di Jepang. Dari sekian cerita- cerita dari majalah tersebut pada akhirnya dibukukan dalam buku tersendiri yang disebut tankồbon (biasa dikenal dengan volume). Berbagai bentuk  tankồbon telah dialih bahasakan ke dalam bahasa asing yang salah satunya Bahasa Indonesia. Beberapa judul komik yang sangat popular telah diangkat ke versi layar lebar, bahkan banyak diantaranya telah dibawa ke versi manusia (Live Action atau biasa ditandai dengan L.A). beberapa contohnya adalah DevilMan, Casshern, Death Note, Dectective Conan dan masih banyak lagi.

3.   Aliran dalam komik Jepang
Dalam perjalanannya komik Jepang ditentukan dari berbagai jenis aliran. Diantaranya adalah Aksi akushon yaitu aliran yang bercerita tentang pertempuran, perkelahian dan kekerasan. Aliran Fantasi fantaji yaitu sebuah aliran yang berkaitan dengan benda aneh dengan kemampuan di luar logika.
Aliran komik yang banyak bercerita tentang histori hisutorikaru adalah aliran yang menceritakan sejarah seseorang, benda atau tempat. Aliran komik dengan seni bela diri budo biasanya bercerita tentang berbagai seni beladiri. Aliran lain adalah aliran olahraga (supotsu) dan Supernatural (cho shizen) yaitu aliran yang bercerita tentang hal-hal yang diluar logika.
Dari berbagai aliran yang ada, setiap komik Jepang mempunyai jenis khusus tergantung dari jenis pembacanya. Kita bisa mengetahui berbagai jenis komik berdasar peringatan dari pembuatnya. Berbagai aliran khusu berdasarkan jenis pembaca antara lain kodomo (anak-anak), josei atau redikomi (wanita), seinen (pria) dan shojo (remaja perempuan).

4.   Gaya Penggambaran Dalam Komik Jepang
Hampir semua komik Jepang menggunakan gaya sederhana dengan gambar latar belakang disediakan secara nyata mungkin dengan karakter yang benar-benar sederhana dengan ciri khas mata besar, mulut kecil, hidup mungil dan rambut yang acak.
Untuk tokoh pria, mereka digambarkan dengan tubuh tinggi, langsing, terkesan cuek, sementara untuk wanita tergambar cantik, langsing, sintal, rambut bebas teracak dengan kesan angkuh, sombong, konyol tetapi memiliki rasa empati tinggi, simpati rela berkorban dan sopan. Sifat serius tetapi lucu, baik hati meskipun sedang bermusuhan, berempati tinggi, ringan tangan, rela berkorban, pandai memanfaatkan waktu luang, keras hati, bersemangat juang tinggi, pantang menyerah dan pandai memimpin.

C.    Pengaruh Komik Jepang Terhadap Kebudayaan Indonesia

Komik Jepang membanjiri Indonesia terjadi dalam waktu yang relatif lama dengan berbagai distribusi yang cukup teratur sehingga komik Jepang cenderung lebih mudah didapat dari pada komik Eropa ataupu Amerika. Dari faktor tersebut dapat dikatakan bahwa secara tidak langsung mempengaruhi gaya hidup komikus Indonesia dimana hal tersebut membawa budaya yang sangat bergerser.
Aliran komikus Indonesia cenderung terbawa arus komik Jepang. Berbagai pengembangan yang ada telah menuju kearah Jepang. Membawa berbagai gaya baru yang langsung diaplikasikan dalam kehidupan langsung, seperti gaya rambut, gaya berpakaian, gaya bicara, bahkan gaya berfikir.

Para remaja Indonesia yang cenderung sedang mencari jati diri bisa menjadi terbantu dengan adanya komik Jepang. Berbagai  nilai positif yang dapat ditemukan dari komik Jepang :

1.   Kesengsaraan demi pengakuan, yaitu adanya sebuah bentuk umpan balik positif yang memberikan dorongan hati menolong dan berjuang untuk mendapatkan hasil (James M. Kouzes, 2008 : 4)

2.   Kepemimpinan otokratis dari komik Jepang dihasilkan dari pengaruh paradigma dan pendekatan yang digunakan berupa tindakan atas perintah, paksaan dan juga tindakan arbitrer (sebagai wasit) (Didin Kurniadin dan Imam Machali, 2012 : 298).

3.   Pemimpin yang muncul di Komik Jepang mempunyai dan mengembangkan sistem motivasi terbaik untuk merangsang kesediaan bekerja para pengikut dan anak buahnya (Didin Kurniadin dan Imam Machali, 2012 : 298).

4.   Komik Jepang menitik beratkan kepemimpinan merupakan sebuah usaha melancarkan antar anggota sebagai usaha menyelesaikan setiap konflik agar tercapai kerjasama yang baik (Didin Kurniadin dan Imam Machali, 2012 : 299).

5.   Komik Jepang juga membawa cerita yang menggugah untuk dapat menambah kekuatan gairah dan usaha yang sekuat tenaga (Didin Kurniadin dan Imam Machali, 2012 : 299).

6.   Gaya kepemimpinan komik jepang sesuai dengan teori Laissez Faire yaitu tokoh ketua dewan yang sebenarnya tidak mampu mengurus dan menyerahkan tanggung jawab kepada bawahanya (Didin Kurniadin dan Imam Machali, 2012 : 300).

7.   Gaya kepemimpinan dengan jenis kelakuan pribadi dimana sebuah jiwa kepemimpinan dalam komik Jepang berdasarkan kualitas pribadi, sehingga seorang pemimpin cenderung untuk melakukan kelakukan yang kurang lebih sama tanpa adanya hal yang identic dalam setiap situasi yang dihadapinya (Didin Kurniadin dan Imam Machali, 2012 : 300).

8.   Cerita dari komik Jepang telah menunjukan sifat dan karakter seorang pemimpin dapat diprediksi dengan watak khusus seperti : inisiatif, energik, dewasa, emosional yang terkendali, persuasif, berketrampilan berkomunikasi dengan baik, percaya diri, rela menolong, peka, kreatif, mau berpartisipasi, sosial yang tinggi dan lain-lain (Didin Kurniadin dan Imam Machali, 2012 : 300).

9.   Muncul juga pola kepemimpinan yang berasal dari munculnya masa pergolakan, krisis, pemberontakan dan lain-lain (Didin Kurniadin dan Imam Machali, 2012 : 301).

10.  Dalam hal ini komik Jepang juga menggambarkan pemimpin juga merealisasi kebebasan manusia dan memenuhi setiap kebutuhanya, sehingga dengan demikian seorang pemimpin mampu merasakan apa yang rakyatnya rasakan (Didin Kurniadin dan Imam Machali, 2012 : 301).

11.  Adanya berbagai penggemar komik Jepang membawa beberapa budaya seolah-olah mereka adalah karakter komik tersebut. Beberapa perkumpulan itu adalah Anime, harajuku dan cosplay.

Penggambaran sifat kepemimpinan dalam komik Jepang juga menggambarkan berbagai tipe kepemimpinan (dikutip dari Didin Kurniadin dan Imam Machali, 2012 : 302), sehingga dalam menjadikan sosok dalam karakternya dengan gaya kepemimpinan seperti :

1.      Pemimpin karismatik : pemimpin dengan karisma, memiliki energi, daya tarik dan pembawaan luar biasa, mampu mempengaruhi banyak orang dan mempunyai banyak pengikut.

2.      Pemimpin Paternalistis : pemimpin kebapakan dengan sifat menganggap bawahan belum dewasa, bersikap melindungi, selalu bersikap maha tahu dan lain-lain.

3.      Pemimpin Militeristis : tipe kepemimpinan dengan gaya militer yang hamper mirip otoriter, biasanya digambarkan dengan pemimpin lawan atau yang berpihak sebagai penjahat.

4.      Pemimpin Otokratis : tipe kepemimpinan yang berdasarkan kekuasaan dan paksaan mutlak.

5.      Pemimpin Laissez Faire : sang pemimpin praktis yang membiarkan kelompoknya berbuat semaunay sendiri.

6.      Pemimpin Populistis : yaitu tipe pemimpin yang dapat membangunkan solidaritas rakyat.

7.      Pemimpin Administratif / Eksekutif : tipe pemimpin yang dapat mengerjakan tgas sedetail mungkin secara administrasi.

8.      Tipe Demokratis : tipe pemimpin dengan orientasi pada manusia dan memberikan bimbingan yang efisien kepada pengikutnya, koordinasi lengkap terhadap bawahan pada penekanan tanggung jawab internal.

Dengan adanya berbagai tipe karakteristik yang ada sangat dimungkinkan hal tersebut sebagai sarana untuk belajar kepemimpinan melalui media komik Jepang. Dengan kata lain kegiatan dalam Memberikan pendidikan kepemimpinan dengan secara tidak langsung dapat dikembangkan secara maksimal.
 

BAB III

A. PENUTUP
Segala aspek baik itu secara tersirat ataupun tersurat dalam lini kehidupan seharusnya mempunyai arti yang luar biasa. Beberapa hal luar biasa terutama dalam hal kepemimpinan sebenarnya bisa diambil dari berbagai paparan yang terkandung dalam komik Jepang. Sifat kepemimpinan sebagai penggambaran berbagai tokoh dalam karakter yang dituangkan dalam cerita bergambar asal Jepang tersebut dapat diambil dan ditelaah sebagai sebuah sisi positif tetapi juga bisa dianggap sebagai sisi negatif. Nilai yang baik dan dapat digunakan untuk memberikan semangat juang, meningkatkan etos kerja, meningkatkan disiplin, menghargai diri sendiri ataupun juga orang lain, semangat pentang menyerah dan masih banyak hal lain yang berguna untuk berkompetisi di dalam kehidupan dapat diambilkan dari komik Jepang. Dengan penelaahan yang benar maka sebuah nilai yang dapat menjadikan seorang yang sangat pintar belum tentu bisa menggunakan pengetahuanya untuk bertahan hidup karena pengetahuan merupakan kekuatan sampai kita menggunakanya. Perubahan mempunyai resiko tetapi tanpa perubahan resiko hidup akan lebih beresiko. Mulai merubah sudut pandang kepemimpinan bukan hanya dari sisi formal pendidikan tetapi harus melihat ke sisi yang ada merupakan bentuk lain dari perubahan yang akan menjadikan hidup lebih baik. Setiap sudut pandang yang kita telaah merupakan keharusan kita melihat sebuah ilmu menurut pandangan, penilaian dan telaah melalui pola pemikiran yang ada. Dari komik Jepang, beberapa bentuk nyata nilai kepemimpinan yang dapat biambil dari beberapa sudut ilmu hal tersebut mempunyai beberapa nilai yang bisa digunakan untuk membudayakan siswa SMK menjadi siswa dengan semangat kepemimpinan dengan penuh etos kerja yang tinggi penuh semangat, pantang menyerah, jujur, disiplin tinggi, mandiri, menghargai diri sendiri, menghargai orang lain, menghargai aturan yang ada, sportif, kreatif, inovatif dan masih banyak sifat yang dapat digalakkan lagi melalui berbagai jenis kegiatan.Juga situasional pembiasaan karakter yang positif dari awal sampai siswa SMK dapat bekerja yang dapat menjadikan situasi yang harmonis, menyenangkan ataupun menyiksa karena semua sudut pandang semua tergantung dari karakter dan tokoh penggambaran yang diambil dari pandangan dan penilaian cara pribadi masing-masing yang melihatnya.

B.    IMPLIKASI
Dari hasil kesimpulan diharapkan dari semua pihak baik dari pihak sekolah, guru dan juga orang tua untuk selalu jeli melihat nilai yang bisa dikembangkan sesuai dengan ranah dan jenjang pertumbuhan peserta. Memberikan pengertian dan pengarahan serta usaha-usaha dalam rangka mendidik para siswa agar pencapaian nilai hidup yang nyata, membiasakan diri melihat dari berbagai sisi, mendewasakan, dan bukan hanya melihat dari tujuan akhir pendidikan berupa nilai tinggi semata sebagai akhir dari tujuan pendidikan secara optimal.

  

DAFTAR PUSTAKA
_________, 1991, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta : Balai Pustaka
_________,1997, Pusat Kesegaran Jasmani dan Rekreasi, Depdikbud: Jakarta.
_________, 2003, Kurkikulum 2004 SMA, Pedoman Khusus Pengembangan Silabus dan Penilaian Mata Pelajaran Pendidikan Jasmani, Dikdasmen : Jakarta.
Aip Syarifudin, 1992, Landasan Pendidikan Jasmani, Dirjen Dikti: Jakarta.
Dähler Franz Dr., 1975, Menuju Kesehatan Psikis, Yayasan Kanisius : Yogyakarta.
James M. Kouzes dan Barry Z. Posner, Leadership Learning, Pustaka Baca : Yogyakarta
K.H. Toto Tasmara, 2002, Membudayakan Etos Kerja Islami, Gema Insani :Jakarta
John M. Echols dan Hassan S, 2006, Kamus Inggris-Indonesia, Gramedia Pustaka Utama : Jakarta
Sukintaka, 1992, Teori Bermain, Dirjend. Dikti Proyek Pembinaan Tenaga Kependidikan, Depdikbud : Jakarta.
Sugiyanto dan Sujarwo, 1993, Perkembangan dan Belajar Gerak, Depdikbud : Jakarta.
Toho Cholik Mutohir dan Gusril, 2004, Perkembangan Motorik Pada Masa Anak-anak, Dirjen Olahraga, Depdiknas : Jakarta.

3 komentar: