Senin, 18 November 2013

PERAN GURU BK TERHADAP KESUKSESAN KARIER SISWA SMK

PERAN GURU BK TERHADAP KESUKSESAN KARIER SISWA SMK
 
 
 
LANDASAN TEORI
 
 
 
A.    Hakekat Bimbingan dan Konseling.
1.   Makna Bimbingan dan Konseling
Dari pemaparan dalam makalah ini diberikan pembatasan dalam program Bimbingan da Konseling sebagai sebagai bentuk kepedulian dan pembiasaan hidup sosial dari pihak sekolah. Dari pembatasan permasalahan, arti dari bimbingan disekolah SMK merupana bentuk bimbingan kejuruan yang mempunyai arti sesuai dengan KBBI (2008) adalah  layanan bimbingan dan penyuluhan serta bimbingan karier kejuruan yang diberikan sekolah menengah kejuruan kepada calon siswa dan tamatanya.
Dari penelaahan Bimbingan dan Konseling (Winkel & Sri Hastuti, 2012 : 27) memberikan arti Guidance dan Counseling yang mempunyai arti menunjukkan jalan (showing the way), memimpin (leading), menuntun (conducting), memberi petunjuk (giving instruction), mengatur (regulating), mengarahkan (governing), dan memberi nasehat (giving advice).
Dari pengertian paparan di atas maka kegiatan bimbingan dan konseling di sekolah merupakan bentuk pemberian penanganan secara proses, prosedur, teknik yang diberikan, pelayanan  kepada konseli secara efektif dan efisien.
2.   Ruang Lingkup Bimbingan
Dari pemaparan bimbingan dan konseling di atas, maka bimbingan dan konseling dapat berfungsi menawarkan bantuan dalam menghadapi masalah supaya perkembangan pribadi seseorang dapat berlanjut dan tidak berhenti di jalan. Dengan kata lain ruang lingkup bimbingan dan konseling tidak terbatas pada berapa golongan umur, kelompok, golongan, problematika tertentu, lapisan masyarakat tertentu serta struktur kepribadian tertentu. Namun deikian terdapat persyaratan seseorang mendapat pelayanan bimbingan dan konseling seperti : a) sudah sampai umur tertentu, b) mampu menggunakan pikiran dan kemauan sendiri sebagai manusia bebas tidak terbawa perasaan, c) rela memanfaatkan pelayanan bimbingan, d) harus ada kebutuhan obyektif untuk menerima pelayanan bimbingan (Wingkel, 2012)
3.   Tujuan Bimbingan dan Konseling
Kegiatan bimbingan dan konseling di sekolah terutama sekolah SMK supaya melalui bimbingan menjadikan siswa sebagai individu atau kelompok individu sebagai pelanggan yang dilayani oleh pihak sekolah mampu menghadapi semua tugas yang sesuai dengan pertumbuhan dan perkembanganya secara sadar, mewujudkan kesadaran dan kebebasan dalam membuat pilihan secara bijaksana, mampu mengambil beraneka tindakan penyesuaian diri secara memadai, bantuan menghadapi masalah, pilihan, menentukan sikap, tindakan, bimbingan dalam kehidupan sekarang sebagai pioneer pembuka jalan untuk menjalani hidup.
Dalam kegiatan ini pihak siswa  membawa kedewasaan, mencapai hal yang positif, dan mampu menunjang perkembangan dan mampu mewujudkan bentuk pendidikan nasional. Sesuai dengan paparan pada kurikulum (Dinas P dan K) juga memuat pemberian bantuan khusus berupa (pe)layanan bimbingan kepada siswa dalam mengembangkan diri untuk membawa siswa menuju aktivitas hidup sepanjang hayat sesuai dengan struktur Materi Pendidikan mulai Sekolah.
4.   Asas Pelayanan Bimbingan dan Konseling
Dalam memberikan bantuan kepada siswa dalam memecahkan permasalahan yang ada, perlu mengingat berbagai asas yang ada dalam penyelenggaraan program bimbingan dan konseling.
Pelaksanaan dan penggunaan asas tersebut dimaksudkan agar prinsip dasar pelaksanaan bimbingan dan koseling dapat terlaksana sesuai dengan fungsinya yaitu sebagai : 1) fungsi penyaluran, 2) fungsi penyesuaian, dan 3) fungsi pengadaptasian (Wingkel, 2012 : 67).
Beberapa asas pelayanan bimbingan dan konseling seperti : 1) menaruh perhatian pada keseluruhan perkembangan siswa sebagai individu yang mandiri dan mempunyai potensi untuk berkembang dalam semua aspek kepribadiannya, 2) bimbingan berkisar pada dunia subyektif masing-masing siswa dan mahasiswa, 3) mengarah pada suasana dan situasi bekerja sama antar tenaga pendidik yang membimbing dan yang dibimbing, 4) berasaskan pengakuan martabat dan keseluruhan individu sebagai  manusia yang berdaulat dan bebas, 5) bercorak ilmiah sebagai ilmu terapan, 6) dapat dimanfaatkan semua siswa, dan 7) bercirikan proses, terus menerus, berurutan dan sesuai tahapan perkembangan siswa (Wingkel, 75-78).
5.   Bimbingan dan Konseling di Sekolah
Tenaga bimbingan di sekolah menengah dan perguruan tinggi harus memiliki berbagai pandangan terhadap masalah yang actual dan mampu menangani bidang permasalahan seperti : a) belajar, mativasi, hubungan guru/dosen dengan siswa dll, b) keluarga dengan rincian suasana keluarga, perceraian orang tua dll, c) pengisian waktu luang, d) pergaulan teman sebaya, e) pergulatan diri sendiri. (Wingkel, 2012).
 
6.   Pola dasar Pelaksanaan Bimbingan
Pola dasar bimbingan merupakan suatu asas pokok mengatur penyebaran bimbingan di sekolah, dengan mempertimbangkan kegiatan bimbingan apa yang akan diadakan dan rangkaian kegiatan itu dilaksanakan oleh siapa dan diberikan kepadasiapa. Pola tersebut antara lain : generalism (general), specialism (spesialis), curricular design (kurikuler), dan human relation and mental health (relasi manusiawi serta kesehatan menta. Dari pola tersebut di atas, bentuk bimbingan yang diselenggarakan adalah bimbingan individual dan bimbingan kelompok (Wingkel, 2012).
7.   Komponen bimbingan
Tahapan pelaksanaan bimbingan dengan urutan : a) pengumpulan data, b) pemberian informasi, c) penempatan, d) konseling, e) konsultasi, f) evaluasi program. Dalam pelaksanaan bimbingan di SMA/SMK kebutuhan penyelesaian masalah siswa semakin kompleks, berbagai masalah dihadapi, berbagai masalah muncul dan berbagai tantangan, pilihan dan masukkan sangat dibutuhkan oleh siswa (Wingkel, 2012).
8.   Bimbingan dengan pendekatan Behavioristik
Pendekatan dengan behavioristic membawa beberapa teori yang ada, salah satunya adalah reality therapy yang dikembangkan William Glasser dimana kenyataan harus diterima, yaitu tingkah laku yang nyats, memunculkan rasa tanggung jawab, memenuhi kebutuhan dicintai dan mencintai, dihargai, dihormati dan kebergunaan yang sesuai dengan permasalahan yang ada. Pendekatan lain menggunakan multimodal counceling yaitu pendekatan dengan memadukan banyak unsur seperti tingkah laku nyata, sensasi, sikap, pendekatan pribadi dan pendekatan fisik serta kesehatan jasmani. (Wingkel, 2012)
B.   Karakteristik Perkembangan Anak Remaja Awal
           Siswa usia SMK merupakan siswa yang masih dalam fase perubahan, yaitu perubahan fase kanak-kanak ke fase dewasa awal. Fase ini mempunyai berbagai bentuk pertumbuhan dan perkembangan dengan berbagai karakteristik khas seperti :
1)     Perkembangan Fisik
Anak-anak usia golden age (0-5 tahun) merupakan sebuah  pondasi emas yang sangat menentukan kualitas hidup di masa yang akan datang. Setelah menginjak pada fase selanjutnya, dipaparkan oleh  Dähler Franz (1975:12) adalah fase dimana terjadi terjadi proses selain mengalami percepatan pertumbuhan tinggi badan dan berat badan para remaja juga mengalami proses kematangan seksual seperti :
a.  Karakteristik kelamin primer
Para remaja putra terjadinya pengeluaran sperma dan menegangnya alat kelamin pada saat tertentu sedangkan pada remaja putri terjadinya loncatan sel telur (ovulasi) dan terjadinya menstruasi (pengeluaran sel telur yang tidak dibuahi, lendir dan darah).
b.  Karakteristik kelamin sekunder
Pada remaja putra tubuh menjadi lebih jantan, suara membesar dan pecah, serta tumbuhnya bulu-bulu/ rambut pada bagian tubuh tertentu sementara pada remaja putri mulai nampak bentuk kewanitaannya, seperti perkembangannya buah dada dan montoknya anggota-anggota badan.
Selain adanya perkembangan tersebut,  terjadi juga pertumbuhan anggota badan yang berjalan tidak seimbang, tumbuh jerawat dan bintik-bintik pada muka, punggung dan bagian tubuh lainnya. Sehingga sering timbul perubahan tingkah laku misalnya yang semula lincah dan periang, berubah menjadi pemalu dan rendah diri, kadang-kadang kasar, tidak tahu malu, dan lain sebagainya (Rachman Hermawan, 1988: 28).
2)  Perkembangan sosial
Pada dasarnya apabila seorang remaja dalam masa pertumbuhan akan merasakan tergugahnya rasa sosial untuk ingin bergabung dengan anggota kelompok lain karena ingin meluaskan pergaulannya sebagai usaha mencari nilai-nilai baru dan ingin berjuang mencapai nilai-nilai itu. Dengan demikian perilaku perubahan dari masa kanak-kanak ke masa remaja menimbulkan konflik dalam diri, ingin bersosialisasi dan sangat ingin merasakan hal yang baru. Perasaan yang paling sering dirasakan adalah adanya pengaruh yang sangat kecil pun akan dianggap sebagai bentuk ekspresi diri yang aktual, mengikuti zaman, tanpa memperhatikan apakah hal tersebut adalah pengaruh negatif ataupun positif. 
3)  Perkembangan intelektual
Selama masa perkembanganya, fase kanak-kanak yang berubah sampai dengan fase masa remaja mereka mulai bersikap kriris dan tidak mau menerima begitu saja perintah atau aturan yang ada. Hal tersebut terjadi karena mereka ingin mengetahui dasar, alasan dan sebab sesuatu dapat terjadi. Tidak jarang dengan perkembangan intelektualnya yang bersifat kritis ini para remaja selalu mengalami konflik atau pertentangan dengan pihak orang tua atau pendidik-pendidiknya yang biasanya berpegang pada nilai-nilai lama.
4)  Perkembangan emosional
Pada masa perkembanganya, kanak-kanak yang akan menjadi remaja berada dalam keadaan dimana perasaan belum mapan sehingga sering membawa mereka ke dalam kegelisahan, perasaan canggung akan pertambahan tinggi badan yang dirasa “aneh” dan mengganggu, mudah tersinggung, kesal hati, tertekan, ingin marah, tetapi kadang-kadang berada dalam suasana gembira dan ringan hati untuk melakukan pertolongan kepada orang lain. Dipihak lain remaja sangat membutuhkan rasa aman dalam lingkungannya dalam bentuk pengertian akan keadaannya ataupun mengenai problema yang sedang dihadapi, selain itu mereka perlu adanya pengakuan sosial. Dari keadaan tertentu kondisi dari para remaja tersebut menyebabkan berbagai emosi yang belum stabil ini celaan ataupun kritikan terkadang akan selalu ditanggapi secara sungguh-sungguh sebagai bentuk ejekan atau remehan. Akibatnya mereka sering bersikap antipati dan melawan (Y. Bambang Mulyono ,1984).
           Dari penelaahan berbagai teori tersebut maka, dalam penempatan guru BK harus mengetahui dan memahami sehingga berbagai masalah yang dihadapi siswa mampu diberikan solusi yang sesuai, tepat dan mengandung banyak asas manfaat.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar